Articles


Gunung Kehidupan

Anda pernah menonton film 5 cm ? Film yang dibuat oleh sineas tanah air ini menggambarkan keindahan alam gunung semeru. Melihat film itu, saya jadi ingin bisa mendaki gunung, melihat pemandangan yang bagus, menghirup udara yang segar, mengabadikannya dengan kamera saya, tentunya  mendapatkan pengalaman baru dan seru.

Tapi saya sadar, naik gunung bukan perkara yang mudah, dibutuhkan keberanian, stamina yang prima dan juga ketangguhan yang ekstra serta luar biasa untuk bisa mendaki gunung. Mengukur diri sendiri, dan menyadari saya belum mampu melakukannya, akhirnya saya pun mengurungkan niat itu.

Bicara tentang mendaki gunung, bagi yang suka atau pernah naik gunung pasti sangat mengerti bagaimana sulitnya mendaki gunung itu. Saya sering mendengar cerita teman-teman yang naik gunung.

Mereka mengatakan untuk naik ke puncak gunung, mereka harus melewati jalan yang terjal, kadang juga curam, bebatuan, belum lagi harus menjumpai beragam penghalang. Tidak sedikit pendaki yang kelelahan, lalu dengan terpaksa menghentikan perjalanan.

Ada juga yang tergelincir, terjatuh, terbentur batu, kedinginan dan lain sebagainya. Tapi ketika mereka sampai di tujuan, apalagi sampai di puncak gunung yang mereka daki itu, mereka akan mengatakan, rasa lelah mereka terbayar.

Kehidupan yang kita jalani ini seperti mendaki gunung yang tinggi. Begitu banyak permasalahan yang akan kita temui, saat kita menetapkan diri untuk menjalani kehidupan ini.

Perjalanan panjang dan tinggi, berat, melelahkan bahkan mencekam karena begitu banyak penghalang di depan kita yang tidak keliatan. Tapi saya percaya, meski berat dan banyak rintangan yang akan kita hadapi, kita tidak sendiri.

Ada Tuhan yang selalu menyertai setiap perjalanan kita, jika kita mau mengijinkan-Nya berjalan bersama kita. Semua kembali kepada kita, apakah kita mau berjalan sendiri ? atau kita mau melangkahkan kaki kita bersama Tuhan?

Bila kita mau menyerahkan kehidupan kita, mempercayai-Nya dan melangkah bersama Tuhan, saya percaya Tuhan akan memegang tangan kita, saat kita terpleset atau terjatuh sekali pun.

Tuhan, akan beri kekuatan baru bagi kita saat kita meminta dan mempercayai-Nya.

Tuhan memang tidak membuat jalan kita menjadi mulus, lurus dan tidak berbatu sama sekali, tapi Tuhan pasti akan memberi pada kita kaki dan hati yang kuat, supaya kita tetap bertahan dan berjalan mendaki gunung kehidupan yang tertinggi sekali pun.

Sama-sama kita daki gunung dalam menjalani hidup ini. Tiba saatnya nanti, kita akan sampai di puncaknya, dan semua keletihan dan perjuangan kita akan terbayar.

Selamat mendaki, bersama Yesus.

Yesaya 41:10 – “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

-------------------------------------------------------------------
Kesetiaan

Film Hachiko: A dog’s Story, disutradarai oleh Lasse Hallstrom dan diperankan oleh Richard Gere juga aktris Joan Allen ini menceritakan tentang seekor anjing bernama Hachiko.

Film ini diangkat dari sebuah kisah nyata dari negeri Jepang. Hachiko adalah anjing jantan jenis Akita Inu. Hachiko lahir pada tanggal 10 November 1923 dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama Oshinai-go, namanya sewaktu kecil adalah Hachi. Pemiliknya adalah keluarga Gichi Saito dari kota Odate, Prefektur Akita.

Melalui seorang perantara, Hachi diadopsi keluarga Profesor Hidesaburo Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Saat itu usia Profesor Ueno 53 tahun, sedang istrinya, Yae berumur 39 tahun. Rumah keluarga Ueno berdekatan dengan Stasiun Shibuya.

Setiap hari saat Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di pintu rumah atau dari pintu gerbang, kadang ia mengantar majikannya sampai ke Stasiun Shibuya. Saat petang hari, Hachi akan kembali ke stasiun itu untuk menjemput majikannya.

Tanggal 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampusnya, Profesor Ueno tiba-tiba meninggal dunia. Hachi terus menunggui majikannya, dan ia tidak mau makan selama 3 hari. Hachi masih tidak mengerti Profesor Ueno sudah meninggal, ia masih ke stasiun untuk menjemput majikannya.

Akhirnya, Hachi dititipkan oleh istri sang profesor pada kerabatnya. Kehadiran Hachi di rumah itu ternyata menimbulkan pertengkaran antara pemiliknya dengan para tetangga, akibatnya Hachi di titipkan pada anak angkat profesor Ueno.

Di musim gugur pada tahun 1927, Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi, tukang kebun keluarga Ueno. Rumah keluarga Kobayashi yang terletak di kawasan Tomigaya, dekat dengan Stasiun Shibuya. Setiap hari, sekitar jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi kembali menunggu kepulangan majikannya yang telah meninggal itu di Stasiun Shibuya.

Kisah Hachi yang menunggu majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saito dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang, di tahun 1932. Ia prihatin atas perlakuan kasar yang kerap dialami Hachi di stasiun dan menulis kisah sedih tentang Hachi.

Artikel itu dimuat harian Tokyo Asahi Shimbun, dengan judul Itoshiya roken monogatari (“Kisah Anjing Tua yang Tercinta”).

Masyarakat Jepang akhirnya mengetahui kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikannya. Hachi menjadi terkenal. Seluruh pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya.

Sejak itu, akhiran kata ko yang berarti sayang, ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang memanggilnya Hachiko.

Tahun 1933, kenalan Saito, seorang pematung bernama Teru Ando tersentuh dengan kisah Hachiko. Lalu Ando memiliki kerinduan untuk membuat patung Hachiko. Setiap hari, Hachiko dibawa ke studio Ando, sebagai model.

Bulan Januari 1934, Ando selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachiko, dan proyek pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Kurang lebih tiga ribu penonton hadir untuk melihat Hachiko.

Patung perunggu Hachiko akhirnya selesai dibuat, kemudian diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachiko bersama sekitar 300 hadirin.

Tanggal 8 Maret 1935, Hachiko, 13 tahun, ditemukan tidak bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya.

Upacara perpisahan dengan Hachiko dihadiri banyak orang di Stasiun Shibuya, termasuk janda almarhum Profesor Ueno, pasangan suami istri tukang kebun Kobayashi, dan penduduk setempat.

Upacara pemakaman Hachiko berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman manusia. Hachiko dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di Pemakaman Aoyama.

Tahun 1944, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, patung perunggu Hachiko ikut dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung tersebut merupakan karya pematung Takeshi Ando, anak laki-laki Teru Ando.

Pintu keluar Stasiun JR Shibuya yang berdekatan dengan patung Hachiko disebut Pintu Keluar Hachiko. Sewaktu didirikan kembali tahun 1948, patung Hachiko diletakkan di bagian tengah halaman stasiun menghadap ke utara. Setelah dilakukan proyek perluasan halaman stasiun pada bulan Mei 1989, patung Hachiko dipindah ke tempatnya yang sekarang dan menghadap ke timur.

Oleh masyarakat Jepang Hachiko terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap majikan. Julukan baginya adalah Hachiko Anjing yang Setia. Patung Hachiko di depan Stasiun Shibuya telah menjadi salah satu marka tanah di Shibuya.

Kisah kesetiaan Hachiko ini seharusnya menjadi sebuah cermin bagi setiap kita. mari kita tanyakan diri sendiri, apakah kita telah berlaku setia, kepada Tuhan, kepada pasangan kita, kepada tanggung jawab yang diberikan kepada kita.

Apakah selama ini, kita seringkali berlaku tidak setia kepada Tuhan, dengan melakukan hal-hal di luar kebenaran. Saat kita menikmati indahnya hidup ini, kita mengabaikan Tuhan, menomor duakan-Nya dan saat kita sedang dalam permasalahan kita baru mengingat Tuhan.

Mari kita berkomitmen pada diri sendiri untuk hidup setia bersama Tuhan, menempatkan Pribadi-Nya sebagai yang terutama dalam hidup kita.

Mari kita koreksi diri kita, apakah selama ini kita juga setia pada pasangan hidup kita?

Apakah kita pernah melukai atau mengecewakan pasangan hidup kita dengan sikap, perkataan, perbuatan kita? Jika pernah, mari kita mulai berubah, menjadi lebih baik, menjadi seorang suami atau istri yang memiliki kesetiaan dan komitmen dengan pasangannya.

Mari belajar dari Hachiko, meski ia hanya seekor anjing namun ia menunjukkan hal yang luar biasa, kesetiaan. ia menunjukkan kesetiaan yang luar biasa.

Kesetiaan, bukan sekadar ucapan, kesetiaan adalah sebuah tindakan, yang kita lakukan dengan sikap hati yang benar.

Kesetiaan adalah sebuah bukti, jika kita benar-benar mengasihi-Nya.

- Jemmy Lesmana –

-------------------------------------------------------------------
Pertolongan Tuhan

Ada sebuah kisah yang tentang seorang pemuda, yang suatu malam tergelincir dan masuk ke jurang. Ia berusaha meraih apa pun, sampai akhirnya tangannya dapat meraih sulur yang terjuntai. Ia berteriak mencari pertolongan. “Ada orang di atas?” ujarnya.

Tak ada jawaban, lalu ia pun mulai berdoa, seraya memanggil Tuhan. “Tuhan apakah Kau ada ?” teriaknya. Tak berapa lama, terdengar suara, “Ya Aku ada”. Mendengar hal itu, pemuda ini berkata, “Tuhan kalau itu benar Kau, tolong aku Tuhan, keluarkan aku dari jurang ini.”

Lalu Tuhan menjawab,”Apakah kau percaya kepada-Ku?” Pemuda ini menjawab ia percaya..

Lalu, terdengar suara lagi yang mengatakan, ia harus melepaskan pegangannya, jika ia percaya pada Tuhan. Mendengar hal itu, si pemuda pun kembali berteriak, “Apakah ada orang lain di atas?” Karena tidak berhasil mendapat pertolongan, ia pun memegang sulur itu sampai pagi hari menjelang.

Ketika fajar menyingsing, dan mentari mulai menampakkan sinarnya, betapa terkejutnya dia. Karena ternyata, jarak antara dirinya dan tanah hanya sekitar setengah meter saja. Ia pun menyesal, mengapa kemarin tidak melepaskan pegangannya, mengikuti apa yang diperintahkan.

Kekasih Tuhan, kisah di atas hendaknya mengingatkan kita. Betapa kita sering merasa lama ketika menantikan pertolongan Tuhan terjadi dalam hidup kita. Saat kita merasakan begitu lama pertolongan Tuhan, kita memutar otak, kita berusaha dengan kekuatan kita sendiri.

Apakah saat ini anda sedang membutuhkan atau menunggu pertolongan Tuhan? Mungkin hari-hari ini anda sedang mengalami masalah keluarga, masalah dengan pasangan, masalah sekolah, pekerjaan, pelayanan, perekonomian dan sebagainya.

Mungkin anda merasa pertolongan Tuhan terlalu lama, dan tidak kunjung ada dalam hidup anda? Atau anda merasa anda sudah mendapat jawaban, tapi anda tetap merasa itu bukan jawaban Tuhan, karena sesungguhnya itu mustahil untuk bisa kita lakukan.

Kekasih Tuhan, mari kita koreksi diri, mungkin ada hal yang keliru dalam diri kita, sehingga sepertinya kita tidak mendapat pertolongan dari Tuhan.

Kadang, sebenarnya Tuhan sudah menolong, tapi kita yang tidak peka akan pertolongan serta jawaban Tuhan dalam hidup kita. Kenapa bisa demikian?

Karena kita lebih pakai logika dan kekuatan kita, ketimbang percaya sama Tuhan 100 persen.

Saya sangat suka mendengarkan pujian “Pertolongan-Mu”. Pujian ini mengingatkan saya betapa luar biasanya pertolongan Tuhan dalam perjalanan kehidupan saya.

Beragam peristiwa, persoalan dari kecil hingga masalah yang besar, saat saya tidak tahu lagi harus melakukan apa, Tuhan memberi pertolongan-Nya tepat pada waktunya. Ada kalanya pertolongan Tuhan, itu terasa tidak masuk di akal, tetapi itu lah Tuhan.

Selalu punya cara yang tepat dan waktu yang tepat menolong setiap kita. Bagian kita adalah percaya pada-Nya seratus persen, bukan setengah.

Ya, yang dibutuhkan agar kita mendapatkan pertolongan Tuhan secara tepat, adalah dengan percaya sepenuhnya pada Tuhan.

Percaya Dia ada, percaya Dia akan tolong kita, saat kita sudah tidak sanggup lagi, dan mengangkat tangan kita, tanda berserah pada-Nya.

Percaya, meski saat ini kita belum melihat apa pun.

Percaya, Tuhan punya segala cara untuk menolong kita, dan cara-Nya yang terbaik.

Percaya jika tidak ada satu hal pun yang buruk dari-Nya dan tidak ada satu pun yang mustahil bagi-Nya.

Roma 8:24-28 – “Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.”

- Jemmy Lesmana –

-------------------------------------------------------------------
Tujuan Hidup

Suatu kali, saya dan kakak saya pergi ke Kuala Lumpur, Malaysia. Setelah sampai di sana, kami berniat pergi ke menara kembar Petronas yang terkenal. Kami memutuskan berjalan kaki, setelah bertanya kepada penduduk setempat di mana arah menuju ke sana, kami langsung menuju arah yang ditunjuk.

Perlahan namun pasti, kami berjalan. Tidak terasa waktu pun berlalu, tapi kami belum sampai pada tujuan kami. Dari kejauhan, kami lihat menara yang menjadi tujuan kami. Kami pun semakin mempercepat langkah kaki, tidak sabar ingin segera menuju ke sana.

Semakin lama, semakin bangunan tinggi yang menjulang itu terlihat, kami pun makin semangat menuju ke sana. Lelah pasti, tapi untuk mencapai tujuan kami, kami menomor duakan bahkan menomor seratuskan keletihan kami.

Setelah jauh melangkah, dihadapan kami berdiri menara kembar Petronas. Wow, kami berdecak kagum menyaksikan tingginya menara itu, rasa lelah kami terbayar karena kami sudah ada di tempat tujuan.

Sahabat, dalam kehidupan ini kita juga seperti melakukan sebuah perjalanan. Perjalanan yang panjang dan tidak mudah. Beragam rintangan serta tantangan akan kita jumpai. Tidak hanya itu saja, rasa lelah pun akan menghampiri kita, ketika harus melangkahkan kaki kita, menapaki setiap jalan kehidupan ini.

Bila kita tahu ke mana tujuan kita dan arah mana yang harus kita lalui untuk mencapai tujuan kita, pasti membuat kita lebih mudah. Masalahnya, banyak dari kita yang tidak tahu ke mana tujuan kita dan ke mana kita harus berjalan. Kita akan berputar-putar, tidak tentu arah. Sudah pasti kita tidak akan pernah sampai, karena tidak pernah tahu ke mana.

Sahabat , untuk itu penting sekali memiliki tujuan yang pasti dalam hidup ini. Mari milliki visi dari Tuhan, karena itu yang akan memberikan arahan bagi kita dalam menjalani kehidupan kita.

Datang pada Tuhan dalam doa kita, berkomunikasi pada-Nya, apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini.

Memiliki tujuan yang pasti dari Tuhan, akan menggerakkan kita untuk terus menapaki kehidupan ini. Sebab itu, minta kepada Tuhan, agar memberikan kita sebuah tujuan.

Saat kita sudah memiliki tujuan dalam hidup ini, ketika kita lelah, ketika ingin berhenti, kita tidak akan terlalu cepat mengambil keputusan, menghentikkan langkah kita. Kita dapat tetap bertahan dan terus berjalan untuk mencapai tujuan kita. Kita pun menyadari semua indah pada waktunya.

Sahabat, mari kita tanyakan pada diri sendiri, apa tujuan anda dan saya hidup di dunia ini? mari miliki tujuan dan semangat dalam menjalani kehidupan ini.

Percayalah, kasih karunia Tuhan itu yang akan memampukkan kita. Kekuatan kita pasti terbatas, namun jika kita mau melangkah bersama Tuhan, semua pasti baik-baik saja. Tuhan Yesus memberkati.

- Jemmy Lesmana –

-------------------------------------------------------------------
Tak Mudah Menyerah

Saya senang melihat menonton program, televisi Mata hati yang dibawakan dengan gaya yang santai, namun sarat nilai. Sang pemandu acara, kang Maman yang saat ini dikenal oleh masyarakat Indonesia dalam program yang berbeda sebagai no tulen, selalu saya menghadirkan narasumber yang menginspirasi.

Disalah satu episode, acara ini menampilkan Rudi Hartono, maestro bulu tangkis Indonesia abg 7 kali berturut-turut memenangi kejuaraan All England. Pada suatu kejuaraan All England, Rudi Hartono harus berhadapan dengan juara Eropa asal Swedia, Sture Johnson.

Di set pertama, dia kalah dari Sture Johnson, dengan skor 15-14. Awalnya di set, kedua dirinya tertinggal dengan nilai 14-0. Kurang 1 angka lagi, Sture Johson pasti keluar menjadi pemenang di pertandingan itu, dan berhak melangkah ke final.

Namun di set kedua itu, Rudi Hartono mampu menambah angka, ia membalikkan keadaan, hingga memperoleh skor 17-14. Karena seri, digelarlah set ketiga, dan ia berhasil mengalahkan lawannya itu, dengan nilai 15-0.

Rudi Hartono mengatakan, sering kita merasa tidak mungkin. Ia sendiri, memiliki prinsip bermain sebaik mungkin dan mendapat angka sebanyak mungkin. Selain itu, bagi Rudi, dalam hidup ini jika kita tidak memiliki rasa percaya diri, kita tidak akan berhasil. Sebelum dinyatakan selesai, jangan membuat keputusan, kita sudah kalah.

Sahabat , bagaimana dengan kita? Apakah kita punya mental seorang pemenang? Atau kita memiliki mental yang mudah lemah, lelah dan cepat-cepat mengatakan kita kalah, saat keadaan tidak memungkinkan, ketika kita dalam keadaan tertekan atau pun berada dalam masa sukar?

Sikap kita, akan menentukan hasil yang akan kita peroleh, respon kita akan segala sesuatu menentukkan apa yang ada di depan kita.

Mari miliki mental seorang juara. Meski apa yang kita hadapi sepertinya tidak mungkin atau mustahil, jangan berhenti berharap dan terus berusaha.

Lakukan yang terbaik, imani dan amini bahwa bersama Tuhan, tidak ada satu pun yang mustahil. Kekasih Tuhan, tentunya semua kita lakukan bukan dengan kekuatan kita sendiri, namun kita mau untuk tetap berjalan dalam kasih karunia Tuhan.

Hiduplah dalam pengharapan penuh kepada-Nya. Percaya pada Tuhan, dan percaya pada diri sendiri, bahwa kita bisa, jika melangkah bersama-Nya.

Sahabat, jadilah seorang pemenang dengan sikap yang tak mudah menyerah dengan kondisi yang ada. Jadilah seorang pemenang, yang selalu berserah pada Pribadi dan kehendak-Nya.

Fiipi 4:13 – “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan padaku.”

- Jemmy Lesmana –

-------------------------------------------------------------------
Kehidupan Yang Berharga


Tiba-tiba saja sahabat saya, Emmy tak sadarkan diri, segera ia dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Selama beberapa jam sahabat saya itu, tidak sadarkan diri, dan dinyatakan koma oleh petugas medis. Beberapa jam kemudian, nyawanya tidak tertolong, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Peristiwa itu sangat mengejutkan kami. Betapa tidak? Tidak seorang pun menyangka sahabat saya, pergi secepat itu. Padahal ia tidak pernah mengeluh jika dirinya sakit, ia pun tidak pernah memiliki riwayat sakit parah.

Sahabat, memang tidak ada seorang pun yang tahu usia hidup manusia. Tidak ada satu pun dari kita yang mengerti, sampai kapan kita hidup di dunia ini. Hanya Tuhan yang tahu sampai kapan kita ada di dunia. Jika Tuhan bilang cukup, dan saatnya kita meninggalkan dunia ini, itu artinya kita bisa pergi kapan pun Tuhan mau.

Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah, bagaimana selama ini kita menjalani hidup? Apakah kita menjalaninya dengan sembarangan? Sesuka hati kita? Hidup di luar kebenaran, dan dari kasih Tuhan?

Apakah kita hidup kompromi dengan dosa? Apakah kita melakukan hal-hal yang negatif serta tidak berkenan di hati Tuhan? Atau kita benar-benar menjalani hidup dengan menghargainya, dan hidup sesuai kebenaran-Nya, serta membuat hidup ini jauh lebih bermakna?

Sahabat, yang harus kita ingat, selama kita ada di dunia ini, selama masih hidup, bernafas dan masih dapat melakukan banyak hal, marilah kita tidak menyia-nyiakan semua itu. Mari kita lakukan segala sesuatu dengan benar dan sesuai kebenaran-Nya.

Mari kita pergunakan waktu yang sudah Tuhan berikan dengan sebaik mungkin. Mari kita miliki tujuan dalam hidup ini dan mari kita juga melakukan hal-hal yang bermanfaat juga menjadi berkat bagi banyak orang.

Sahabat, mari kita hargai hidup ini, karena hidup terlalu berharga untuk disia-siakan.

Efesus 5:15 – “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.”

- Jemmy Lesmana –

-------------------------------------------------------------------

Meninggalkan Asa Lalu


Seorang kawan menceritakan kisah hidupnya. Ayah dan ibunya bercerai, saat ia masih kanak-kanak. Peristiwa pahit itu sangat membekas di hatinya. Ia bertumbuh menjadi anak yang mudah terluka. Saat remaja, ia mencari kasih, namun ia semakin sering tersakiti. Di tengah luka hatinya, ia pun menemukan kasih Tuhan yang begitu luar biasa.

Namun, harus ia akui trauma dan pengalaman masa lalunya masih membayanginya. Terkadang ia terjebak dalam perasaan luka dan masa lalunya, sehingga ia tidak bisa mengalami pertumbuhan rohani dan karakternya.

Sampai akhirnya, ia mengijinkan Tuhan menyentuh hatinya, memulihkan jiwanya yang remuk, dan membuat kepingan hidupnya yang runtuh menjadi kembali utuh. Ia membuat keputusan untuk meninggalkan pengalaman buruk dalam hidupnya. Perlahan namun pasti dan ia pun terlepas dari belenggu dan jebakan masa lalunya.

Sahabat, bagaimana dengan anda? Apakah anda memiliki masa lalu yang suram, masa lalu yang menyakitkan dan membuat kita tak mengalami terobosan baru dalam hidup kita, yang menjadikan kita naik level dalam kehidupan kita sebagai anak Tuhan?

Apakah kita mau tetap terjebak di masa lalu kita, tenggelam dalam peristiwa yang menyakitkan dan menakutkan yang akhirnya membuat kita berhenti bertumbuh dalam iman dan karakter kita? Apakah kita juga terus diam dalam perasaan trauma kita, tanpa tahu dan mau berbuat sesuatu?

Sahabat, kita memang tidak bisa mengubah masa lalu kita. Kita memang tidak bisa menolak pikiran tentang masa lalu ada dalam memori kita.

Tetapi saya percaya, kita dapat keluar dari jebakan masa lalu kita, yang dapat mengikis iman, dan meruntuhkankan masa depan kita. Kita dapat merenda masa depan yang penuh harapan bersama-Nya sang pemilik hidup.

Mari kita tinggalkan semua pengalaman dan masa lalu kita, mari melangkah maju bersama Tuhan. Semua kembali pada pilihan dan keputusan kita. Mau tetap terjebak dalam masa lalu atau meninggalkannya?

Sahabat, hidup ini terus berlanjut, karena itu tinggalkan masa lalu dan tinggalkan beban berat yang merintangi kita. Mari percayai, bersama Tuhan kita dapat menjelang masa depan yang luar biasa. Kekuatan kita memang terbatas, tapi percayalah kasih karunia-Nya memampukkan.

Filipi 3:13 – “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,”

- Jemmy Lesmana
-------------------------------------------------------------------

Keluarga adalah Harta

Harta apa yang paling berharga dalam hidup ini? Emas? Permata? Deposito? Properti? Atau apa? Orang bilang kesehatan adalah harta yang berharga. Tapi ada satu lagi harta yang sangat berharga, bahkan tak ternilai oleh apa pun juga, dan itu adalah keluarga.  Di tahun 90 an, salah satu televisi swasta menayangkan sebuah sinetron serial berjudul Keluarga Cemara. Cerita yang disajikan dalam sinetron ini sangat membumi, kisah-kisah yang diangkat adalah sesuatu yang terjadi di tengah masyarakat.

Keluarga Cemara, berkisah tentang sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anaknya. Sang ayah yang seorang pengusaha, menghadapi ujian berat dalam hidupnya, perusahaannya bangkrut. Akhirnya keluarga ini harus pindah dari rumah mereka, ke sebuah rumah di pinggiran kota. Sang ayah menjadi penarik becak, untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sementara sang ibu berjualan gorengan, dibantu anaknya yang sulung, yang menjajakan dagangannya. Perekonomian keluarga ini memang sulit, mereka harus berjuang agar tetap hidup, dan saling membantu.

Nilai-nilai yang dibangun dalam sinetron ini sangat dalam, sarat dengan nilai moral yang tinggi. Bagaimana masing-masing anggota keluarga yang memiliki fungsi masing-masing. Meski pun setiap pribadi memiliki persoalan, sebagai keluarga mereka saling membantu satu dengan yang lain. Saling menguatkan, saling membangun dalam kata-kata dan tindakan, bahkan saling memaafkan. Di setiap episode, selalu ditekankan pentingnya dan sangat berharganya keluarga, lebih dari apa pun. Tidak ada satu pun masalah, yang tak dapat diselesaikan, dalam keluarga.

Saya teringat film Click, yang dibintangi aktor komedian Adam Sandler juga mengingatkan kita, akan pentingnya keluarga. "Family, first," teriak Sandler di film itu. Keluarga adalah yang pertama ketimbang pekerjaan atau sekolah kita, pelayanan juga hal-hal yang lain, tentunya setelah prioritas paling utama, yaitu Tuhan. Tapi terkadang yang terjadi, keluarga jadi nomer sekian, dan terabaikan.

Sahabat, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menempatkan keluarga kita di prioritas yang benar? Sudahkah kita menjadikan keluarga kita sebagai tempat ternyaman dan teraman untuk kita dapat saling berbagi, membangun dan mengasihi? Mari jadikan keluarga kita sebagai harta yang indah dalam hidup kita.


-------------------------------------------------------------------

Kebenaran adalah Kebenaran

Daniel adalah seseorang yang sangat mengasihi Tuhan. Ia bergaul karib dengan Tuhan. Alkitab mencatat, ia adalah orang yang taat dan selalu hidup dalam kebenaran-Nya. Tetapi, yang harus kita ingat, Daniel pun tidak luput dari masalah. Ada orang-orang yang iri hati padanya. Mereka membuat jebakan bagi Daniel. Mereka sangat ingin Daniel mendapatkan hukuman.

Mereka menghasut raja Darius agar membuat peraturan yang bisa menjerat dan menjatuhkan Daniel. Raja Darius pun membuat peraturan, setiap orang yang dalam 30 hari menyampaikan permohonan pada salah satu dewa atau manusia, kecuali raja akan di lemparkan ke gua singa.

Walau pun peraturan raja sudah dikeluarkan, Daniel tetap berdoa pada Tuhannya. Daniel sangat mengerti akan konsekuensinya, tapi ia tetap melakukan apa yang benar, sesuai apa yang ia percaya dan yakini. Para wakil raja dan pejabat tinggi itu berhasil menjerat Daniel, iapun dibuang ke gua singa. Ajaib, singa-singa kelaparan itu tidak ada satu pun yang menyentuh Daniel. Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk mengatup mulut singa-singa itu. Sebaliknya, raja pun memerintahkan supaya orang-orang yang menghasutnya dimasukkan ke gua singa, dan segera saja singa-singa kelaparan itu memangsa mereka.

Sahabat, kebenaran tetaplah kebenaran. Jika kita melakukan hal yang benar dan senantiasa hidup dalam kebenaran-Nya, maka kebenaran akan terbit bagi kita. Sebaliknya jika kita berusaha dengan kekuatan kita sendiri, maka kebenaran tidak akan menjadi bagian kita.

Mari kita hidup benar, dekat, dan selalu melekat pada-Nya, Tuhan akan membela, melindungi, menjaga serta memelihara kita. Kekasih Tuhan, tetaplah percaya bahwa kebenaran itu  tidak perlu dicari, karena kebenaran akan hadir, saat kita hidup berserah dan selalu hidup dalam kebenaran-Nya. Kebenaran Tuhanlah yang menyelamatkan dan memerdekakan kita.

Mazmur 37:6
"Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.



-------------------------------------------------------------------

Trust Him

Ada sebuah permainan, bernama trust fall. Permainan ini mengharuskan seorang  peserta menjatuhkan diri tanpa ragu atau takut ke belakang, sementara sekelompok orang akan menangkap peserta yang menjatuhkan diri itu. Membutuhkan keberanian untuk melakukan permainan itu. Yang jauh lebih penting, apakah kita percaya teman-teman kita pasti akan menangkap tubuh kita, saat kita menjatuhkan diri ke belakang. Mungkin terbersit di benak kita, iya kalau teman-teman menangkap, kalau dihindari? Atau mungkin kita berpikir, apakah mereka kuat?

Sahabat, kadang kita ragu untuk melangkah, untuk melakukan hal-hal yang besar. Mungkin kita merasa takut saat menjalani kehidupan ini. Perasaan itu sangatlah wajar, tetapi jika perasaan itu kita biarkan terus ada dalam hati dan pikiran kita, bisa-bisa akan menguasai kita serta mengendalikan seluruh aspek hidup kita. Sahabat, kita memiliki Tuhan, yang selalu ada di mana pun kita berada. Kita bisa melakukan banyak sekali hal-hal yang luar biasa dalam hidup kita. Firman-Nya berkata, sekali-kali Ia tidak akan meninggalkan kita, apalagi membiarkan kita jatuh. Tangan-Nya yang penuh kasih dan kuasa akan selalu menopang kita.

Hari ini, apabila kita merasa ragu untuk melangkah, saat kita takut mengambil keputusan dalam hidup, bahkan takut saat harus menjalani kehidupan, mari kita ingat, Ia adalah Tuhan. Mari belajar untuk meletakkan semua kekuatiran, memercayai Tuhan dengan segenap hati kita. Saat kita menggunakan logika dan pengetahuan, pengertian serta kekuatan diri sendiri, kita akan menjadi semakin ragu, takut serta kuatir. Miliki kepercayaan pada Tuhan, lebih dari apa pun. Percayai, Tuhan adalah Pribadi yang tidak terbatas, dan tidak bisa dibatasi oleh apa pun, termasuk pengertian kita.

Amsal 3:5
Percayalah kepada TUHAN, dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.



NEXT